Pages

Subscribe:

Minggu, 24 Maret 2013

Penjahat Di Jaman Edo Seringkali Dapatkan Hukuman Dengan Ditato Di Wajah Mereka


japan tattoo for criminals 01


Sepanjang sejarah, Jepang telah memiliki hubungan yang kompleks dengan tato. Tidak seperti di sebagian besar negara barat dimana tato hanya dianggap sebagai bentuk ekspresi atau keputusan yang salah, saat ini seni tubuh secara umum dipandang rendah dalam masyarakat Jepang walaupun mereka memiliki beberapa seniman dan teknik terbaik di dunia.

Dan masyarakat Jepang tidak menyadari bahwa belum terlalu lama, di Jaman Edo (1603-1868), hukuman yang dijatuhkan untuk kejahatan yang tidak keji adalah diberi sebuah tato tepat di tengah dahi kita.

Disebut “hukuman tato” (irezumi kei), hukuman tersebut diberikan kepada pelaku kejahatan yang relatif ringan seperti pencurian atau perampokan. Hukuman ini juga digolongkan sebagai hukuman fisik, sama seperti hukuman cambuk.

Seringkali hukuman tersebut diikuti oleh pengusiran dari daerah asal sang penjahat. Ini berfungsi sebagai pencegah baik karena rasa sakit karena mendapatkan tato wajah kita dan tampil di depan umum sebagai penjahat sepanjang sisa hidup kita.

Hal itu juga bertujuan untuk pencatatan. Seperti dapat kita lihat dari foto di atas dan bawah, jenis tato yang diberikan dipilih oleh tiap daerah masing-masing. Dengan cara ini orang dapat mengetahui di daerah mana penjahat tersebut mendapatkan hukuman.

Juga di baris bawah gambar kita dapat melihat semacam kebijakan tiga goresan di Hiroshima dimana setiap kejahatan akan mendapatkan satu goresan tato dari karakter Cina untuk “besar” (大). Di kebanyakan daerah, jika penjahat tersebut mengulangi kejahatannya, maka hukumannya adalah hukuman mati.

japan tattoo for criminals 02

Tato di Jepang dapat ditelusuri kembali ke jaman Jomon dan Yayoi (14.000 SM – 300 M) saat tato dipercaya memegang makna mistis. Setelah itu budaya tato seakan menghilang hingga pada Jaman Edo dimana budaya tato kembali dengan cara yang sangat berbeda.

Tidak terdapat satu pun penjara di Jaman Edo hingga masa pengembangan kota-kota besar seperti Osaka dan Edo (Tokyo) yang mengarah pada peningkatan kejahatan. Sebelum itu, amputasi hidung atau telinga adalah hukuman pada masa itu.

Pada tahun 1745, hukuman tato menggantikan hukuman amputasi saat masyarakat berubah menjadi lebih lembut dan tidak terlalu haus darah lagi. Hal ini berlanjut selama bertahun-tahun dengan tato di wajah perlahan-lahan berganti menjadi tato di tangan, yang terlihat lebih tidak memalukan bahkan cukup modis untuk standar masa kini.

japan tattoo for criminals 03

Pada tahun 1872, pemerintahan Jepang yang baru dibentuk menghapuskan hukuman tato selama-lamanya.
Anehnya, sejak pertengahan tahun 1800-an hingga saat ini, seni tubuh tiba-tiba muncul lagi menjadi sebuah tren di masyarakat Jepang. Dan dengan banyaknya orang yang terlihat menggunakan tato di jalanan di kota-kota besar di Jepang, mungkinkah ini menjadi sebuah tanda kembalinya tren tato.

japan tattoo for criminals 04
japan tattoo for criminals 05
Read More..

Ninja Jepang Yang Perlahan Tapi Pasti Bergerak Menuju Kepunahan


ninja - main

Jaman shogun dan samurai di Jepang mungkin telah lama berakhir, namun Jepang hingga kini masih memiliki satu atau mungkin dua orang ninja yang tersisa. Namun sayangnya, ilmu gelap ninja yang mengagumkan untuk hal-hal seperti pengintaian atau pembunuhan secara diam-diam yang selalu diturunkan dari satu generasi ke generasi itu, saat ini telah menuju akhir.

Ninja Jepang selalu diselimuti oleh misteri. Mereka disewa oleh oleh para prajurit samurai yang terhormat untuk melakukan pengintaian, menyabotase dan membunuh. Kostum mereka yang berwarna gelap biasanya menutupi sekujur tubuh mereka, menyisakan hanya bagian mata, hingga mereka hampir tak terlihat dalam bayangan – sampai mereka menyerang.

Menggunakan senjata seperti shuriken, proyektil berbentuk bintang tajam, dan sumpit fukiya, mereka beraksi secara diam-diam namun mematikan. Para ninja juga merupakan ahli pedang yang andal. Mereka menggunakan berbagai senjata mereka tidak hanya untuk membunuh, namun juga untuk membantu mereka memanjat tembok batu, untuk menyelinap ke kuil, atau mengamati musuh-musuh mereka.
Sebagian misi mereka bersifat rahasia sehingga hanya sedikit sekali terdapat dokumen resmi mengenai aktivitas mereka. Peralatan dan metode yang digunakan oleh para ninja itu diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya hanya menggunakan perkataan saja.

Jinichi Kawakami
Jinichi Kawakami

Dua orang master ninja yang tersisa saat ini, Jinichi Kawakami dari klan ninja Koka dan Masaaki Hatsumi dari klan ninja Togakure sama-sama menyetujui satu hal. Mereka berdua tidak akan menunjuk siapapun untuk mewarisi ilmu ninja yang mereka miliki dan menjadi grandmaster ninja berikutnya.

Kawakami telah menjadi murid seorang grandmaster ninja bernama Masazo Ishida dan mulai mempelajari ninjutsu (ilmu ninja) sejak usia 6 tahun. Ia kini merupakan kepala ke-21 dari keluarga Ban, satu dari 53 keluarga yang menciptakan klan Koka. Sementara itu, Hatsumi adalah pendiri dari sebuah organisasi seni bela diri internasional bernama Bujinkan, yang memiliki lebih dari 300.000 murid di seluruh dunia.

Masaaki Hatsumi
Masaaki Hatsumi

“Pada masa perang sipil, atau selama periode Edo, kemampuan ninja untuk memata-matai dan membunuh, atau untuk mencampurkan berbagai ramuan dan obat sangat berguna,” kata Kawakami. “Namun kini kita telah memiliki berbagai senjata, Internet, dan obat-obatan yang jauh lebih baik, sehingga seni ninjutsu tidak lagi memiliki tempat di era modern.” Sebagai akibatnya, ia memutuskan untuk tidak lagi mengambil seorang penerus. Kawakami hanya menjadi pengajar sejarah ninja paruh waktu di Universitas Mie. Begitu juga dengan Hatsumi. Walau ia memiliki banyak murid, ia telah memutuskan untuk tidak memilih seorang pun pewaris.

sumber : http://www.japanesestation.com/ninja-jepang-yang-perlahan-tapi-pasti-bergerak-menuju-kepunahan/

Read More..

Jumat, 08 Maret 2013

Tanbo Art, Seni ‘Melukis’ Sawah Oleh Petani Jepang



tanbo-art00
Tanbo art adalah sebuah seni unik ‘melukis’ di atas sebidang sawah. Tentunya bukan menggunakan cat seperti pelukis sebenarnya, namun para petani di Jepang menggunakan beberapa jenis padi dengan warna-warna yang berbeda untuk menghasilkan sebuah karya seperti yang diinginkan, yang merupakan sebuah gambar raksasa di lahan pertanian mereka.
tanbo-art0
tanbo-art01
Tanbo art pertama kali muncul pada tahun 1993 silam saat masyarakat desa Inakadate di Prefektur Aomori, yang terletak 600 mil dari Tokyo, tengah mencari cara untuk merevitalisasi desa mereka. Eksplorasi arkeologi menyadarkan mereka bahwa padi telah ditanam di daerah mereka sejak 2.000 tahun silam. Untuk menghormati sejarah desa mereka ini, masyarakat Inakadate mulai menanam padi di area belakang balai desa, dan Tanbo art pun lahir. Dengan padi sebagai kanvasnya, penduduk desa mulai membudidayakan dan menggunakan empat varian padi yang berbeda untuk menciptakan gambar raksasa di lahan pertanian mereka. Supaya orang-orang dapat melihat hasil karya jadi mereka secara utuh, maka dibangunlah sebuah menara setinggi 22 meter di dekat kantor desa tersebut.
tanbo-art2
Setiap bulan April, para petani berkumpul untuk memutuskan apa yang akan mereka tanam tahun itu, termasuk gambar apa yang akan mereka buat kali ini. Setelah diputuskan, mereka akan memulai proses penciptaan gambar dengan menggunakan komputer, sebelum mulai menanam padi di sawah. Pada awalnya, mereka hanya menggambar lukisan Gunung Iwaki yang sederhana selama beberapa tahun, dan baru setelahnya mereka mulai menggambar pola lukisan yang lebih rumit.
Mari kita perhatikan proses pembuatannya:
29 Mei
tanbo-art-1
2 Juni
tanbo-art-2
16 Juni
tanbo-art-3
30 Juni
tanbo-art-4
7 Juli
tanbo-art-5
21 Juli
tanbo-art-6
4 Agustus
tanbo-art-7
18 Agustus
tanbo-art-8
15 September
tanbo-art-9
29 September
tanbo-art-10
Masa Panen
tanbo-art3
Karena Tanbo art berpotensi menjadi sebuah lahan wisata, maka lambat laun banyak daerah lain di Jepang yang meniru ide kreatif penduduk desa Inakadate ini. Tanbo art pun kini telah menyebar di banyak daerah di Jepang, seperti di Yonezawa di Prefektur Yamagata, yang telah beberapa waktu terakhir ini menciptakan Tanbo art mereka sendiri.
Jadi untuk kita yang suatu saat melihat foto gambar sawah dengan bermacam lukisan indah di atasnya, ingatlah bahwa itu bukan crop circle seperti yang sering dikatakan diciptakan oleh alien yang berkunjung ke bumi, namun merupakan hasil kreativitas seni para petani di Jepang.
tanbo-art5
tanbo-art6
tanbo art-001

sumber : www.japanesestation.com
Read More..

Kamis, 07 Maret 2013

Enam Hal Yang Dirasakan Oleh Orang Asing Terlalu Mahal Di Jepang



Banyak yang mengatakan bahwa Jepang merupakan negara yang mahal. Banyak barang dan jasa dengan harga yang lebih mahal dibandingkan dengan negara lain, walaupun ada beberapa hal yang malah lebih murah. Baru-baru ini, sebuah situs gaya hidup yaitu Madame RiRi memuat sebuah artikel mengenai enam contoh hal yang dirasakan oleh orang asing terlalu mahal di Jepang.
1. Bersantap
Walau banyak restoran yang menawarkan harga yang masuk akal karena resesi yang berkepanjangan di Jepang, namun banyak orang asing masih berkata bahwa harga makanan disana sangat mahal. Keluhan utamanya adalah karena porsinya yang sangat sedikit, sehingga akan menjadi mahal untuk ukuran orang asing makan hingga kenyang. Tambahan lagi, beberapa makanan/bahan makanan internasional seperti mentega kacang, tacos, pizza dan sebagainya memiliki harga yang lumayan mahal.
2. Buah-buahan
Selamat datang di negara buah melon seharga 10.000 yen. Para orang asing merasa bingung mengapa begitu banyak jenis buah yang dianggap sebagai hadiah yang mewah – 2.000 yen untuk buah yang dibungkus cantik di Jepang sementara di Amerika Serikat hanya seharga antara 2-3 dolar. Nampaknya hanya nanas dan pisang lah buah yang murah di Jepang.
3. Pendidikan
Pendidikan di Jepang sangatlah mahal. Mulai dari tas rucksack yang biasa dipakai anak SD, biaya sekolah, biaya ujian untuk masuk universitas dan lain sebagainya dianggap terlalu tinggi. Jepang memiliki juga tempat-tempat kursus, yang tidak terlalu umum di luar negeri, dan hal itu juga menyedot biaya yang tidak sedikit.
4. Tiket bioskop
Harga tiket bioskop di Amerika Serikat adalah sekitar 7,95 dolar (sekitar 640 yen). Di Jepang, kita harus merogoh kocek paling sedikit sebesar 1.800 yen.
5. Alkohol
Harga bir di Jepang adalah empat kali lebih mahal daripada di Jerman dan dua kali lebih mahal dari Amerika Serikat. Juga, harga anggur di Jepang dua kali lipat lebih mahal daripada di Perancis.
6. Produk-produk perawatan kulit
Banyak orang asing mengatakan bahwa harga produk-produk perawatan kulit di Jepang tiga kali lebih mahal daripada di Amerika Serikat. Secara umum, penduduk Jepang lebih abnyak mengeluarkan uang pada produk-produk kecantikan daripada orang di negara-negara lain.

sumber : japantoday.com
Read More..

Perilaku Normal Di Jepang, Yang Tabu Di Luar Negeri


Apakah Anda tahu bahwa di beberapa bagian dunia, mengacung-acungkan jempol hampir sama buruknya seperti mencuatkan jari tengah Anda? Dan di Jepang, benar-benar oke untuk menyeruput dan membuat suara sambil menikmati makan?
Seperti yang ditunjukkan oleh contoh-contoh berikut ini, apa yang dianggap perilaku yang tepat di satu negara dapat dianggap tabu di negara lain, dan karena dunia terus menyusut, sangat penting untuk memahami perbedaan-perbedaan budaya ini. Dalam rangka untuk membantu mencegah faux pas(kecerobohan atau kesalahan dalam berbicara) dalam suatu budaya saat bepergian ke luar negeri, sebuah artikel terbaru di website Jepang, Matome Naver, menyoroti hal-hal yang dianggap normal, perilaku sehari-hari di Jepang, tetapi tabu di negara lain. Mari kita lihat daftarnya!
Menyeruput makanan Anda
index.php
Di Jepang, menyeruput makanan Anda, terutama sup atau ramen, benar-benar dapat diterima. Bahkan, itu dianggap sebagai cara yang tepat untuk menikmati rasa ramen sepenuhnya. Namun, di banyak negara Barat, satu-satunya suara yang harus terdengar di meja makan adalah percakapan dan bunyi peralatan makan.
Mengambil foto-foto tanpa meminta izin terlebih dahulu
index.php3b
Banyak orang merasa tidak nyaman ketika foto mereka diambil oleh orang-orang asing yang tak dikenal. Beberapa orang merasa baik-baik saja ketika difoto, tapi akan lebih dihargai jika memintanya dari pertama bukannya diperlakukan seperti hewan di kebun binatang. Namun, para wisatawan Jepang dikenal karena mengambil foto orang-orang dan properti pribadi mereka tanpa meminta izin. Masalah ini begitu umum dan para wisatawan Jepang sering mendapatkan dirinya dalam kesulitan ketika berada di luar negeri sehingga banyak buku panduan perjalanan di Jepang memperingatkan para wisatawan potensial untuk meminta izin sebelum mengambil foto.
Datang terlalu dini di suatu acara
index.php4
Di Jepang, jika Anda datang setidaknya 10 menit lebih awal, Anda terlambat. Namun, di negara lain, muncul ke pesta terlalu dini bisa dianggap kasar kepada tuan rumah yang masih mempersiapkan segala sesuatu untuk tamunya. Di beberapa negara, waktu mulai dari suatu pesta bahkan bisa dianggap sebagai pedoman umum untuk waktu kedatangan. Banyak orang Jepang telah belajar aturan tak tertulis ini dengan cara yang keras ketika tinggal di luar negeri, kadang-kadang menjadi satu-satunya tamu di sebuah pesta untuk setengah jam pertama.
Memberikan acungan jempol
22pjr
Di Jepang dan dunia Barat, jempol yang diacungkan sepenuhnya adalah tanda persetujuan. Namun di Timur Tengah, dan barat serta bagian selatan Afrika, tanda acungan jempol digunakan untuk mengekspresikan memandang rendah atau penghinaan, setara dengan mengacungkan jari tengah di negara-negara Barat.
Mengunyah permen karet
adegan-yuri-akb48
Di Jepang, rak-rak toko dipenuhi dengan banyak permen karet dengan berbagai rasa yang berbeda dan mereka yang membutuhkannya untuk menyegarkan nafas mereka bebas untuk menggunakan permen karet untuk menyelesaikan pekerjaan. Namun, jika membawa permen karet ke Singapura sebagai wisatawan bahkan untuk konsumsi pribadi adalah ilegal dan para pelanggar peraturan ini harus membayar denda.
Menghembuskan hidung Anda di depan umum
blow-nose-blunder-200807-ss
Hal ini umumnya dianggap perilaku buruk ketika menghembuskan hidung Anda di meja makan di suatu restoran, tapi oke di tempat umum lainnya. Namun, para wisatawan Jepang di Inggris yang telah menghembuskan hidung mereka di depan umum berkomentar bahwa mereka melihat orang-orang yang memandangnya jijik.
Duduk dengan sikap ‘Seiza’
41ff67Gt0FL
Di Jepang, duduk dengan sikap “Seiza” (duduk dengan kaki terlipat di bawah pantat), secara harfiah diterjemahkan sebagai “duduk yang tepat.” Namun, di Korea, duduk dengan sikap “Seiza” dikenal sebagai “gaya duduk tahanan” dan secara luas dianggap cara untuk membawa kesakitan pada tamu Anda.
Melepas sepatu Anda sambil duduk di kursi
index.php6
Kami tidak yakin negara mana yang Matome Naver jadikan acuan, tetapi mereka menyarankan bahwa duduk di kursi sambil melepas sepatu seseorang menjadi perilaku buruk ketika berada di luar negeri. Kami tidak tahu negara mana tindakan ini dianggap tabu. Apakah ada orang yang mendengar hal ini sebelumnya?
Mengetuk pintu kamar mandi
index.php7
Satu lagi yang menarik. Matome Naver menunjukkan bahwa di AS dan Eropa tidaklah sopan untuk mengetuk sebuah pintu kamar mandi untuk memeriksa apakah kamar mandi itu kosong. Mereka mengatakan itu seolah-olah seperti mengatakan, “Cepatlah dan keluar!” dan hal itu tidak boleh dilakukan. Sebaliknya, mereka menyarankan untuk menggoyangkan kenop pintunya sebelum memasuki kamar mandi.
Memakan semua makanan di piring Anda
index.php8
Di Jepang, anak-anak didorong untuk memakan setiap potongan terakhir dari makanannya, termasuk butiran nasi, sebelum beranjak dari meja. Namun di China, dianggap sopan untuk meninggalkan beberapa sisa makanan di piring Anda sebagai pengakuan atas kemurahan hati tuan rumah. Jika semua makanan dimakan, hal itu menjadi pertanda bagi tuan rumah bahwa makanannya tidak cukup.

Read More..

Selasa, 26 Februari 2013

Restoran Di Jepang Denda Pelanggan Yang Tidak Menghabiskan Makanan Pesanannya



restaurant-fines-customers-japan
‘Habiskan makananmu’ adalah sebuah ucapan yang umum diucapkan oleh orangtua kepada anaknya. Kini kalimat tersebut juga digunakan oleh sebuah restoran di Jepang kepada para pengunjungnya. Jika Anda pergi ke sebuah restoran seafood di Sapporo, Jepang dan tidak menghabiskan hidangan pesanan Anda, Anda akan diharuskan membayar “sumbangan”, seperti restoran tersebut menyebutnya, namun itu sebenarnya adalah “denda” karena Anda tidak menghabiskan pesanan Anda.
Persyaratan ini hanya berlaku untuk satu jenis hidangan saja: tsukko meshi, semangkuk penuh nasi yang diberi telur salmon sebanyak yang diinginkan oleh pemesannya. Jika mata Anda lebih besar dari perut Anda, maka Anda akan dikenai hukuman. Alasan untuk mendenda pengunjung untuk satu jenis hidangan ini adalah untuk menghormati makanan ini dan juga orang-orang (nelayan) yang telah bersusah payah memancing untuk mendapatkan bahan makanan ini. Menu ini berbunyi:
“Jika Anda tidak mampu menghabiskan makanan Anda, Anda harus memberikan sumbangan. Itu karena kondisi kerja bagi para nelayan itu begitu keras dan berbahaya, bahkan mereka bisa kehilangan nyawa mereka. Hal ini hanya untuk menunjukkan rasa terima kasih dan penghargaan untuk makanan yang telah mereka sediakan.”
Kebijakan ini menyoroti pendekatan yang lebih bijaksana untuk makanan Anda: mempertimbangkan usaha dan resiko yang dilalui sampai makanan tersebut terhidang di meja Anda, dan menghormatinya sebelum makanan tersebut terbuang sia-sia. Di Amerika, ukuran satu porsi makanan yang sangat besar seringkali membuat tidak terelakkan untuk akhirnya membuang sisa makanan yang tidak termakan, namun jika kita bisa meminta porsi yang lebih kecil dan mencoba lebih menghargai makanan yang kita makan, kita telah melakukan suatu perbuatan yang sederhana tapi mulia. Namun jika hal itu tidak memungkinkan, kita selalu dapat membungkus sisa makanan itu dan membawanya pulang, bukan?

Read More..

Senin, 04 Februari 2013

100 Stasiun Kereta Tersibuk Di Dunia, 82 Di Antaranya Terdapat Di Jepang


train station - busiest in the world

Baru-baru ini telah muncul di Internet daftar 51 stasiun kereta tersibuk di dunia, dan kini daftar tersebut telah berkembang menjadi 100 stasiun tersibuk di dunia.

Meskipun negara-negara lain seperti Cina dan Jerman telah turut muncul dalam daftar tersebut, Jepang dengan pulau-pulaunya yang padat penduduk masih memegang 82 stasiun di antaranya! Dan walau Jepang terlihat penuh dengan stasiun yang membuatnya terlihat seperti pabrik cokelat milik Willy Wonka, sebenarnya hanya 10 stasiun di antaranya yang benar-benar besar dan sangat sibuk.

Walau terlihat kacau, sebenarnya hampir semua kereta berjalan dengan lancar, dan para penumpangnya naik dan turun kereta dengan teratur. Masinis kereta-kereta tersebut pun profesional dan melakukan semuanya (hampir) seperti seorang perfeksionis.

Contohnya, ini adalah platform untuk Yamanote Line dari stasiun kereta tersibuk di dunia, Shinjuku Station. Terlepas dari ratusan orang yang berbaris memadati platform, kereta-kereta di sana dengan rapinya keluar masuk stasiun itu setiap 2 menit sekali, dan hanya berhenti selama 40 detik saja. Lihatlah aksi berkecepatan sedang yang teratur ini.

Bahkan saat salju turun dengan lebatnya pada tanggal 14 Januari lalu di Tokyo, kereta yang berjalan dengan teratur itu terus berlanjut. Walau hanya dalam waktu 55 detik, kita dapat melihat masinis kereta menerapkan prinsip “waktu untuk beristirahat, waktu untuk bersih-bersih kereta” dalam waktu berhenti yang singkat.
Jadwal yang tertunda mungkin saja terjadi karena berbagai hal yang tidak kita ketahui sebelumnya, namun bahkan di stasiun yang paling sibuk pun, kereta-keretanya beroperasi dengan tepat waktu.

Dan jadi tanpa basa-basi lagi, di bawah ini adalah 100 stasiun kereta tersibuk di dunia. Peringkat ini didapat melalui jumlah penumpang di stasiun tersebut per tahunnya. Namun sekali lagi, data ini adalah data-data yang mudah berubah dengan cepatnya.

(Catatan: untuk stasiun kereta selain Jepang akan dicetak tebal dengan warna merah)

1 Shinjuku (Tokyo, Japan) – Sekitar 1.260.000.000 penumpang per tahun

2 Shibuya (Tokyo, Japan) – Sekitar 1.090.000.000 penumpang per tahun

3 Ikebukuro (Tokyo, Japan) – Sekitar 910.000.000 penumpang per tahun

4 Umeda-Osaka (Osaka, Japan) – Sekitar 820.000.000 penumpang per tahun

5 Yokohama (Kanagawa, Japan) – Sekitar 760.000.000 penumpang per tahun

6 Kita-Senju (Tokyo, Japan)7 Nagoya (Aichi, Japan)

8 Tokyo (Tokyo, Japan)

9 Shinagawa (Tokyo, Japan)

10 Takadanobaba (Tokyo, Japan)

11 Namba (Osaka, Japan)

12 Shinbashi (Tokyo, Japan)

13 Tennoji (Osaka, Japan)

14 Akihabara (Tokyo, Japan)

15 Kyoto (Kyoto, Japan)

16 Sannomiya (Kobe, Japan)

17 Omiya (Saitama, Japan)

18 Yurakucho-Hibiya (Tokyo, Japan)

19 Nishi-Funabashi (Chiba, Japan)

20 Meguro (Tokyo, Japan)

21 Daimon-Hamamatsucho (Tokyo, Japan)

22 Ueno (Tokyo, Japan)

23 Oshiage (Tokyo, Japan)

24 Paris Nord (Paris, France)

25 Taipei (Taipei, Taiwan)

26 Machida (Tokyo, Japan)

27 Gare de Chatelet-Les Halles (Paris, France)

28 Kawasaki (Kanagawa, Japan)

29 Roma Termini (Rome, Italy)

30 Tamachi-Mita (Tokyo, Japan)

31 Kyobashi (Osaka, Japan)

32 Funabashi (Chiba, Japan)

33 Ayase (Tokyo, Japan)

34 Hamburg Central (Hamburg, Germany)

35 Yoyogi-Uehara (Tokyo, Japan)

36 Kamata (Kamata, Japan)

37 Gotanda (Tokyo, Japan)
 
38 Kichijoji (Tokyo, Japan)

39 Kaneyama (Aichi, Japan)

40 Musashikosugi (Kanagawa, Japan)

41 Fujisawa (Kanagawa, Japan)

42 Oimachi (Tokyo, Japan)

43 Nakano (Tokyo, Japan)

44 Tachikawa (Tokyo, Japan)

45 Iidabashi (Tokyo, Japan)

46 Kashiwa (Chiba, Japan)

47 Hakata (Fukuoka, Japan)

48 Tsuruhashi (Osaka, Japan)

49 Nishi-Nippori (Tokyo, Japan)

50 Nakameguro (Tokyo, Japan)

51 Zurich Main (Zurich, Switzerland)

52 Osaki (Tokyo, Japan)

53 Ebisu (Tokyo, Japan)

54 Frankfurt Central (Frankfurt, Germany)

55 Munich Central (Munich, Germany)

56 Otemachi (Tokyo, Japan)

57 Shin-Osaka (Osaka, Japan)

58 Mizonoguchi (Kanagawa, Japan)

59 Sapporo (Hokkaido, Japan)

60 Jimbocho (Tokyo, Japan)

61 Sengakuji (Tokyo, Japan)

62 Nippori (Tokyo, Japan)

63 Ichigaya (Tokyo, Japan)

64 Kokubunji (Tokyo, Japan)

65 Milano Centrale (Milano, Italy)

66 Yodoyabashi (Osaka, Japan)

67 Noborito (Kanagawa, Japan)

68 Wakoshi (Saitama, Japan)

69 Matsudo (Chiba, Japan)

70 Fukuoka-Tenjin (Fukuoka, Japan)

71 Shanghai (Shanghai, China)

72 Berlin Central (Berlin, Germany)

73 Totsuka (Kanagawa, Japan)

74 Kinshicho (Tokyo, Japan)

75 Cologne Central (Cologne, Germany)

76 Yotsuya (Tokyo, Japan)

77 Shin-Kiba (Tokyo, Japan)

78 Gare Saint-Lazare (Paris, France)

79 Tsudanuma (Chiba, Japan)

80 Asakadai/Kita-Asaka (Saitama, Japan)

81 Shin-Koshigaya/Minami-Koshigaya (Saitama, Japan)

82 Ebina (Kanagawa, Japan)

83 Seoul (Seoul, Korea)

84 Shimokitazawa (Tokyo, Japan)

85 Chiba (Chiba, Japan)

86 Ochanomizu (Tokyo, Japan)

87 Okachimachi (Tokyo, Japan)

88 Amsterdam Central (Amsterdam, Netherlands)

89 Dusseldorf Central (Dusseldorf, Germany)

90 Hanover Central (Hanover, Germany)

91 London Waterloo (London, England)

92 Sakae (Aichi, Japan)

93 Nihonbashi (Tokyo, Japan)

94 Kanda (Tokyo, Japan)

95 Nagatsuda (Kanagawa, Japan)

96 Hiyoshi (Kanagawa, Japan)

97 Sugamo (Tokyo, Japan)

98 Ginza (Tokyo, Japan)

99 Ogikubo (Tokyo, Japan)

100 Sendai (Miyagi, Japan)


source: http://www.japanesestation.com
Read More..